Tukang Sate Penuh Muslihat
Pernah makan sate sapi? Itu lho, yang biasanya dipanggul oleh mbok-mbok, dan bisa ditemukan di pinggir jalan, atau tempat-tempat dimana para penjaja jajanan pasar berkumpul. Nah, hari minggu malam saya dan Peb ingin membeli martabak jagung (manis asin, enak!) di depan pasar Andir. Di tengah perjalanan, saya merasa lapar dan bingung mau makan dimana. Apakah di Cibadak, di Pascal, atau di Kelenteng.
Ketika parkir di tempat jualan martabak, saya melihat penjual sate sapi. Kakek-kakek tua penuh keriput yang mudah membuat iba. Ia hanya duduk di sepotong kayu kecil yang dirakit seadanya menjadi kursi, diapit oleh dua buah bakul dengan galahnya, dan tempat arang untuk membakar sate. Dengan penuh konsentrasi di tengah kebisingan kendaraan dan hiruk pikuk pejalan kaki, berusaha menghitung sisa sate yang masih harus dijualnya malam itu. Giginya tampak kekuningan dan ompong di beberapa tempat. Senyum tulus yang menghiasi wajahnya, menyapu matanya hingga menghilang.
Saya berkata pada Peb, mungkin kita makan saja disitu, sambil menunggu martabak pesanan kami selesai. Peb setuju, kami turun untuk memesan martabak. Pemilik martabak Andir menyapa kami ramah, saya mencoba berbasa-basi,
"Malam om, pesan martabak, setengah campur, setengah jagung"
Om: "Oh ya, silahkan duduk"
Saya: "Sudah lama buka disini?"
Om: "Emm.. (berpikir sejenak) baru 31 tahun"
Saya: "Oh.. lama juga ya" *mencoba tersenyum*
Kami menunggu di samping wajan, kemudian penjaja sate mulai menawarkan
"De.. sate de.."
Saya: "Berapa harganya?"
Kakek: "12.500 sepuluh de"
Lumayan mahal, biasanya hanya Rp. 10.000,- an. Tapi ya sudahlah, saya memesan sepuluh tusuk. Ketika saya kembali ke tempat martabak, si om penjual martabak tersenyum memandang, kemudian berbisik ke arah Peb
"Tanya dulu, berapa harganya?"
Saya: "Sudah om, 12.500"
Om: "Oh, ya sudah.."
Saya: "Emang kenapa om?"
Om: "Engga, dia suka ngasih mahal, waktu itu aja ada yang beli empat porsi, seporsinya dikasih harga 20.000, jadi total 80.000" *tertawa ringan*
Kami makan sate sepiring berdua (actually, 9 batang saya dan 1 batang Peb) :D
Setelah makan, saya mengeluarkan uang dari saku
"Jadi 12.500 ya pak?"
Kakek: "Jadi 20.000"
Saya: &^$%^$^)(&)(*&*!!!??? *Bengong*
Kakek: "Kan pake lontong.. lontongnya ta kasih tiga lho!" *sambil tetap tersenyum polooos..*
Busyeeet.. kalo ada yang penasaran mau makan sate di depan pasar Andri, penjualnya kakek2, mending tanyain dulu, berapa harga satenya, kalau lontongnya berapa, kalo pake bumbu kacang berapa, kalo pinjem piring sendok n numpang duduk jadi berapa..
Di dalam mobil..
Peb: "Jadi berapa satenya?"
Saya: "20.000"
Peb: "Lho kok.."
Saya: "Ah sudahlah.. kan lontongnya tiga, @Rp. 2.500, jadi totalnya ya.. 20.000"
Peb tertawa.. sepanjang jalan pulang :p