Kematian Surat Kabar
Jika anda merupakan orang yang suka membaca, selamat! Karena kegemaran membaca yang dipupuk sejak dini mampu untuk meningkatkan kreativitas, karena kita mencerna, menyusun, dan menyimpan informasi bersamaan dengan menghayati. Dan hal tersebut merangsang otak untuk blah blah..
Jika anda tidak suka membaca, selamat! Karena kini teknologi telah banyak memberikan sumbangan bagi kita yang selalu haus akan informasi, sehingga kita lebih mudah dalam mencari dan menyaring informasi yang dibutuhkan, dengan beragam cara yang sangat menyenangkan. Informasi bisa didapatkan melalui aneka CD interaktif, website2 yang menarik, untuk penggemar fiksi, anda dapat mengikutinya melalui judul2 graphic novel yang terus bertambah, dst.
Banyak informasi gratis yang terdapat di internet. Kini, berlangganan internet sudah bukan hal yang mahal. 10 tahun yang lalu, untuk mendapatkan koneksi internet yang lambat namun unlimited anda harus merogoh saku anda hingga 2 juta rupiah perbulan. Kini, dengan koneksi yang semakin cepat, anda hanya harus menyisihkan 150 ribu rupiah perbulan, unlimited sekitar 300 ribu rupiah. Dan akan terus bertambah murah.
Perubahan teknologi dan perkembangan penerapannya terus akan berubah. Perubahan ini akan berdampak pada perubahan budaya lisan ke tulisan, tulisan ke visual, dan akhirnya multimedia. Hal ini akan membawa imbas terhadap perkembangan seluruh media cetak di Indonesia, tanpa pandang bulu terhadap skala perusahaannya.
Generasi saya adalah generasi pembaca surat kabar. Saya masih ingat, ketika saya masih kecil, di waktu senggang sambil menjaga toko, ayah saya selalu membaca surat kabar. Namun kini, saya merasakan bahwa mengeluarkan uang sebesar 40 ribu rupiah perbulan untuk berlangganan koran adalah hal yang kurang menguntungkan. Apalagi bagi generasi di bawah kita yang akan hidup bersama komputer sejak usia dini.
Surat kabar mungkin dapat berusaha dengan berbagai cara untuk menaikkan oplahnya, karena mereka hidup dari iklan dan pembaca. Karena itu, walaupun mereka memiliki website masing2, terkadang mereka mengunci berita2 di masa lalu, atau hanya dapat membukanya jika mendaftar dengan membayar, atau bahkan dengan mematikan server di waktu2 tertentu agar orang tetap membeli versi cetaknya :)
Banyak media yang telah mencoba meramalkan kematian dari surat kabar. Namun hingga kini masih banyak yang bertahan, dan terus hidup. Pikiran yang terus mengganggu saya adalah; bagi mereka yang tidak bersiap-siap menghadapi masa depan, apakah mereka semua sudah siap dengan konsekuensi kehilangan pelanggan dalam jumlah besar? Dan bagaimana cara mereka akan bertahan hidup nanti?
Dengan perkembangan teknologi yang akan terus menerus merubah budaya dan cara kita melakukan sesuatu, maka menurut saya, sudah saatnya untuk berpikir akan langkah selanjutnya, bukan bertahan dengan cara yang kita dapatkan karena hidup dalam generasi sebelumnya.
Sejarah selalu mencatat para pemenang, yang mungkin akan menjadi pecundang dalam kurun waktu tertentu, karena cepat merasa puas diri dan mencoba untuk terus bertahan dengan status quo. Dan daftar yang mencatat kematian perusahaan media cetak di dunia masih terus bertambah panjang.