Pilihan atau Nasib Sialkah?
Malam ini nemenin 2 orang tamu dari luar negeri yang akan langsung pulang paginya. Setelah makan malam di Pascal, kami pergi ke sebuah night club yang tidak saya sukai. Ada beberapa hal yang menyebabkan saya kurang menyukainya, pertama, musiknya kurang nyambung dengan selera. Kedua, minumannya mahal. Dan ketiga, banyak ABG.
Ketika kami masih asik mengobrol di meja, ada segerombolan anak muda yang menghampiri dan menyapa ramah. Karena kedua tamu kami ramah, maka mereka memberikan minuman kepada segerombol ABG tersebut. Sejak awal saya sudah curiga. Mereka membawakan teman-teman wanita mereka, memperkenalkannya, dan minum2 lagi.
Salah seorang dari mereka sudah mabuk berat. Ia jatuh terduduk dua kali, dan terjatuh sekali ke arah kerumunan orang2. Ia mencoba untuk berusaha tetap sadar, minum air putih, ke toilet dua kali.
Tidak lama kemudian, para ABG tadi membawa lagi teman-teman mereka, minum2 lagi. Dan tiba2 pergi, semuanya menghilang. Ternyata mereka sudah berkumpul di meja yang lain, dengan cara yang sama, menyapa akrab, minum2, saling memperkenalkan, minum2.
Setelah itu, di panggung saya melihat salah seorang wanita yang tadi diperkenalkan. Ia berdiri di depan DJ, bergoyang terus, 15 menit, 30 menit, satu jam, bahkan hingga kami pulang, ia masih diatas sana. Bergerak terus karena mabuk berat.
Apakah ia (atau mereka, karena wanita itu tidak sendirian di panggung, melainkan bersama dengan teman2nya) selalu pergi kesana setiap malam? Apakah ia selalu dimanfaatkan oleh teman2nya yang mengincar minuman gratis? Nasib sialkah? Atau memang ia yang memilih jalan itu?
Menyenangkan, minum bersama teman2, atau partner kerja. Karena setelah itu kita memang dapat mengobrol lebih jauh lagi. Suasana akrab dapat terbangun, percakapan yang tegang akan menjadi cair, dan lebih jujur, karena biasanya, setelah mabuk, tidak banyak yang dapat ditutupi :)
Tetapi kalau mabuk hampir setiap hari?