03 October 2007

Hati-Hati Mendadak Berhenti!

Tulisan tersebut saya lihat di tengah-tengah hiruk pikuk pasar yang harus saya lalui setiap harinya. Jalur selebar 3 mobil yang seharusnya lancar, namun hanya dapat dilalui oleh 1 jalur mobil karena penuh oleh para pedagang, tukang becak, sepeda motor, sepeda, orang lalu lalang, pembawa gerobak, dan lain-lain. Dan tulisan itu tertempel pada kaca bagian belakang sebuah angkutan kota yang sedang melaju perlahan..

Panas, macet, dan yang lebih parah, macet lebih disebabkan oleh tidak adanya keteraturan para pengemudi. Sepeda motor, sepeda, dan becak, jelas merasa bahwa mereka berhak untuk berjalan ke arah manapun pada jalan satu arah.

Sedangkan angkot, mereka merasa berhak untuk berjalan perlahan dan berhenti kapan saja, dimana saja (kiri jalan, kanan jalan, tengah jalan), dengan alasan apapun (naik turun penumpang, menunggu angkot penuh, ngobrol dengan sopir lainnya, membeli minum atau rokok, atau bahkan menghitung setoran harian) dengan lampu sen, maupun tanpa lampu sen dan dengan mendadak.. padahal mereka hampir selalu tidak mau mengalah dengan sopir2 lain maupun pengendara lainnya, selalu tidak sabar dengan kemacetan yang dibuat oleh teman2 mereka dan mereka sendiri..

Coba deh, untuk menghilangkan kemacetan di kota bandung, semua angkot diberhentikan selama satu hari. Apa yang akan anda dapat? Kemacetan hilang!!! Kemana ya, yang namanya macet? Pasti! Entah kenapa, melalui pengalaman hidup sehari-hari, saya selalu berpendapat bahwa angkot adalah salah satu biang keladi kemacetan di jalan raya, menduduki peringkat nomor 2, pemerintah yang nggak peduli akan pengaturan angkutan umum.

Mungkin saya yang seharusnya menempelkan stiker di hidung mobil saya yang berkata 'hati-hati, tidak bisa berhenti mendadak'