30 November 2007

Got Milk?

Pertanyaan di atas adalah salah satu slogan kampanye iklan di Amerika yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi susu sapi. Kampanye tersebut dianggap sukses besar karena berhasil meningkatkan penjualan susu sapi nasional yang telah terpuruk selama lebih dari 20 tahun.

Dengan melibatkan begitu banyak aktor, tokoh-tokoh televisi, tokoh-tokoh film dan komik (misalnya simpson dan batman) serta tokoh-tokoh masyarakat, iklan-iklan tersebut berhasil menyita sebagian besar perhatian publik.

Iklan-iklan tersebut berisi foto para bintang iklan berpose dengan kumis putih (akibat minum susu) di sebelah tulisan "GOT MILK?". Selain berhasil meningkatkan konsumsi susu sapi nasional, iklan yang dibuat oleh Goodby Silverstein & Partners untuk California Milk Processor Board tanpa disadari telah berkembang menjadi salah satu icon Amerika.

Di Indonesia, kita dapat menemukan banyak merek susu. Baik itu susu bubuk, susu cair, susu kental manis (yang enak dibuat kopi susu.. hmmm..), untuk bayi, batita, balita, anak-anak, dewasa. Namun konsumsi susu yang rendah di Indonesia memang dipandang akan menjadi sebagai suatu masalah di kemudian hari.

Mengapa menjadi masalah di kemudian hari? Karena susu merupakan sumber gizi yang paling baik bagi mamalia yang baru dilahirkan. Khasiat susu yang diberikan pada bayi, akan memperlihatkan khasiatnya hingga ia menjadi manusia dewasa.

Indonesia memiliki begitu banyak anak yang kekurangan gizi. Mereka lahir dan tumbuh tanpa adanya persiapan dan perhitungan (perhitungan? Ya, hal paling mutlak dilakukan untuk dapat memberikan penghidupan dan pendidikan yang terbaik) yang baik dari kedua orang tuanya.

Apakah saya mengkonsumsi susu? Dulu saya selalu meminum susu bubuk dan cair. Itu merupakan barang mahal, padahal sudah dalam bentuk olahan (susu terbaik merupakan susu segar dari kambing atau sapi, tanpa diolah).

Kemudian saya tahu bahwa perut orang dewasa tidak dibuat untuk dapat mencerna susu dengan baik. Saya merasa belum percaya dengan pengolahan susu di Indonesia. Selain sumbernya bisa saja yang disuntik dengan aneka suntikan yang bertujuan merangsang agar meningkatkan produktivitas susu (dan efeknya masih belum diketahui dengan jelas), proses produksinya pun belum membuat saya merasa aman.

Saya pernah meminum susu cair yang banyak dijual di pinggir jalan (dan banyak juga orang yang suka) selama beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk berhenti. Seorang teman pernah bercerita (jujur saja membuat saya agak bergidik) bahwa di tempat pengolahan susu tersebut, setiap hari adalah hari sibuk.

Tempat pengadukan yang sangat besar itu tidak pernah kosong, karena pengosongan dilakukan bersamaan dengan dituangkannya susu baru. Karena itu mereka hanya sempat membersihkan setelah beberapa minggu sekali. Dan setelah dibersihkan, baru kita dapat melihat dasar dari tempat pengadukan tersebut, dan melihat apa saja barang yang sempat tidak sengaja masuk ke dalamnya. Misalnya tulang belulang tikus.. :D

Bohong? Entahlah.. Toh perut kita pasti sudah terbiasa :)