Mengenyahkan sebagai Jalan Singkat
Kemarin seorang teman bercerita tentang rekan kerjanya yang menyebalkan. Awalnya teman ini menergur bawahannya yang kinerjanya menurun, tidak lama kemudian, bawahannya ini meminta gaji di awal, yang jelas-jelas langsung ia tolak.
"Trus di saat gw lagi stres karena banyaknya kerjaan, dia seenaknya nelpon.."
Rekan, "Kamu minta saya memperhatikan kerjaan, tapi kita yang kerja nggak pernah diperhatikan"
Teman, "Tunggu tunggu.. masalah apa ni?"
Rekan, "Dispenser yang rusak nggak pernah dibenerin.."
Teman, "Itu aja?"
Rekan, "Iya.."
*Teman langsung menutup telepon* "tuuut.. tuuut.."
Memang mengenyahkan sesuatu itu jauh lebih mudah. Anda tidak suka, enyahkan seketika. Memang itu pula yang banyak dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita. Nggak suka dengan pendapat orangn lain, bredel! nggak suka dengan iman orang lain, bakar! nggak suka dengan kritik orang lain, bunuh! nggak suka dengan pemikiran orang lain, tahan! nggak suka dengan perubahan beserta segala konsekuensinya, larang!
Akan tetapi hal itu memang nggak akan pernah menyelesaikan masalah. Menutup telepon adalah langkah yang akan diambil oleh sebagian besar orang untuk mengenyahkan apa yang tidak ia sukai. Tetapi memang dibutuhkan kesiapan mental yang jauh melebihi rata-rata orang untuk terus mencari jalan keluarnya, tanpa emosi.
Setelah sedikit obrolan malam itu, ia memutuskan untuk menyelesaikan seluruh permasalahan sampai ke akar-akarnya. Dan memang itulah yang selayaknya selalu kita coba untuk lakukan.. menghadapinya terus menerus, toh sepanjang hidup, masalah memang tidak akan pernah berakhir..