Kehebatan Produk RRC
Mengerikan! Itu hal pertama yang saya bayangkan ketika mengetahui bahwa Indonesia terkena krisis moneter. Setelah itu terjadi gejolak politik tanpa henti, KKN yang jalan terus hingga sekarang, hingga terpuruknya Indonesia dalam pengadaan kebutuhan2 pokok hingga pendidikan.
Pelayanan publik yang juga tidak bertambah baik, Anda dapat datang ke kantor2 pemerintahan, dan hasil yang akan Anda dapatkan sama saja, siang hari sudah banyak yang tidak berada di tempat, dan data2 apapun yang ingin Anda lihat (dan sebenarnya terbuka untuk dilihat oleh masyarakat, akan sulit didapatkan, jadi ingin tertawa mendengar slogan 'bayar pajaknya, awasi penggunaannya', gimana caranya masyarakat mengawasi kalau terus menerus dibuat lebih bodoh dari sistem!??).
Sebagian besar guru2 dan anak2 didik yang ada di Indonesia tidak mendapatkan pendidikan dan penghargaan yang semestinya. Media massa yang kritis (misalnya tempo atau time) akhirnya toh selalu kalah di pengadilan. Internet yang seharusnya sangat murah, ternyata menjadi sangat mahal di Indonesia (lihat saja negara2 tetangga kita seperti malaysia, filipina, thailand, india, yang terus maju meninggalkan Indonesia).
Dan saat itu pula Cina menjadi sebuah negara adidaya. Yap! Mirip dengan Jepang di masa lampau ketika baru terbangun dari kejatuhannya setelah kekalahan Jepang dalam PDII. Produk Jepang kala itu dinilai sangat jelek, sehingga barang 'made in japan' hanya menjadi tertawaan di tahun 1960-an. Namun kini? Jepang telah melesat jauh dan tulisan tersebut berarti jaminan mutu. Dan Cina? Hanya tinggal menunggu waktu saja.
Mereka memiliki pengalaman di dalam berbagai hal, mereka memiliki banyak bahan cadangan tambang, mereka memiliki benyak tenaga kerja. Dari tahun ke tahun semakin banyak lulusan luar yang kembali ke Cina untuk bekerja di sana. Semakin banyak pula perusahaan2 dunia yang membuka pabriknya di Cina. Alih teknologi berhasil didapatkan melalui negosiasi antara pemerintah dengan perusahaan2 berteknologi tinggi.
Memang harga murah China yang menurut banyak artikel di business week atau time merupakan hasil pemerasan tenaga buruh yang tidak adil, tempat2 kerja yang berbahaya dan tidak ramah lingkungan, campur tangan pemerintah yang tidak adil, dll. Namun hal2 tersebut tetap saja tidak dapat memberikan dampak besar dalam dunia usaha.
Bahkan kabar mengenai ketidak mampuan pemerintah Cina untuk mengawasi penggunaan zat2 berbahaya yang mereka gunakan dalam aneka produk mereka (dalam makanan ternak, makanan orang,produk sehari-hari, obat2an, hingga bakpao kardus, dan telur palsu) sekalipun hanya akan memberikan kesempatan sedikit untuk bernafas lega (banyak produsen Eropa yang mencantumkan 'tidak menggunakan bahan dari cina' sebagai salah satu upaya mengambil kesempatan emas ini).
Sekarang mungkin kita dapat tertawa mendengar 'made in china', dimana tulisan tersebut hanya menjadi tanda untuk barang murah saja namun bukan merupakan jaminan mutu. Namun saya khawatir, hanya dengan tertawa saja tidak cukup. Kita masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara2 lain yang sedang berupaya untuk tetap dapat bertahan di masa depan.
Apa yang harus dipersiapkan Indonesia adalah munculnya kesadaran untuk berupaya sekuat mungkin untuk membangun bangsa ini dari berbagai lapisan masyarakat, dengan sungguh2 dan didasarkan pada nilai2 Pancasila (ciee.. tapi bener!) sehingga kita masih sanggup bersaing 5 atau 10 tahun lagi, dan tidak hanya menjadi konsumen dan penonton semata.